Mengenal Tanda dan Sebab Kematian Akibat Asfiksia

Oleh : Nabil Bahasuan,dr., SpFM., SH., MH.

Hallo sahabat Medikolegal jumpa lagi dalam pembahasan mengenai asfiksia yang merupakan materi penting dalam bidang Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal, kali ini penulis akan menjelaskan tentang “Tanda dan Sebab Kematian Akibat Asfiksia” yang merupakan lanjutan dari Penjelasan Mengenai Berbagai Jenis Asfiksia. yuk ikuti terus ulasannya!

Secara umum penggunaan istilah asphyxia lebih banyak digunakan, meskipun sering juga istilah asphyxia disamakan dengan suffocation dan selalu berkaitan dengan perihal adanya faktor kekurangan atau kehabisan oksigen di dalam tubuh manusia. Oksigen sendiri merupakan salah satu faktor penting yang diperlukan oleh  tubuh manusia untuk keberlangsungan dalam siklus kehidupan.

Cara kematian secara khusus dibagi menjadi mati wajar dan mati tidak wajar, pada kasus kematian secara wajar tentu peran organ vital sangat menentukan sebagai sebab kematian yang utama tetapi pada kasus kematian secara tidak wajar tentu sangat komplek dalam membahasnya karena terdapat tiga sebab kemungkinan yang muncul, bisa disebabkan oleh bunuh diri, pembunuhan dan kecelakaan/ketidaksengajaan.

Sebagai dokter tentu pemahaman tentang kematian akibat kekurangan oksigen/asfiksia sangatlah vital, belum lagi jenis dan macam asphyxia sangatlah  bervariasi, oleh karena itu perlu menguasai materi tentang asphyxia secara khusus. Terutama bagi dokter yang mempunyai kualifikasi dalam bidang spesialis forensik dan medikolegal, karena keahlian dokter tersebut berperan besar dalam membantu penyidik menentukan cara dan sebab kematian seorang korban tindak pidana.

Tanda-Tanda Asfiksia Pada Jenazah

  1. Petechial Hemorrhages (tardieu spot) adalah suatu tanda asphyxia yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan vena secara kuat yang mengakibatkan pecahnya dinding pembuluh darah vena terutama pada jaringan yang longgar, seperti pada kelopak mata, dibawah kulit dahi, kulit dibawah belakang telinga, konjungtiva dan sklera pada mata. Pada pemeriksaan bedah jenazah bisa juga didapatkan pada lapisan viseral pada pleura, perikardium, peritoneum, timus, mukosa laring dan faring.
  2. Cyanosis adalah suatu tanda asphyxia yang berupa timbulnya warna kebiru-biruan yang terdapat pada kulit dan selaput lendir yang diakibatkan terjadinya suatu peningkatan jumlah absolut hemoglobin yang tidak berikatan dengan oksigen tetapi malah berikatan dengan karbon monoksida dan bisa kita lihat warna kebiruan tersebut pada daerah kuku jari tangan dan kaki serta pada daerah bibir. Pada pemeriksaan bedah jenazah gambaran darah menjadi encer dan berwarna agak hitam karena terjadi suatu peningkatan fibrinolisis setelah kematian, bisa juga terjadi pembekuan darah di daerah jantung dan sistem vena akibat kerja dari enzim fibrinolitik.
  3. Congestion atau Oedema adalah suatu tanda asphyxia yang terjadi akibat terjadinya suatu pembendungan suatu pembuluh darah sehingga akan terjadi suatu akumulasi darah di dalam organ, hal ini dapat menghasilkan suatu pelebaran pada pembuluh darah terutama pada daerah jaringan longgar terutama pada konjungtiva. Pada Pemeriksaan Bedah jenazah didapatkan cairan plasma yang mengisi ruang dalam interstitium pada jaringan ikat longgar sehingga nampak bengkak atau lebih besar.

Baca Juga: Penjelasan Mengenai Berbagai Jenis Asfiksia

Sebab Kematian Akibat Asfiksia

  1. Vagal reflek, rangsangan sinus caroticus yang menyebabkan cardiac inhibition sehingga timbul hering refleks.
  2. Gangguan sirkulasi otak atau shock, lebih fatal jika dalam pengaruh alkohol.

Cara Kematian Asfiksia

  1. Bunuh diri (suicide)  misal pada jenis asphixia hanging, inhalation of suffocating gasses.
  2. Pembunuhan (homicide) misal pada jenis asphyxia  mekanik, yaitu  choking,smothering, mugging,burking,throttling.
  3. Kecelakaan (accidental) misal pada jenis asphyxia choking,inhalation of suffocating gasses,drowning,mugging,gagging.

Baca Juga: Penjelasan Mengenai Asfiksia Dalam Kedokteran Forensik

Gambaran Pemeriksaan Korban Gantung Diri Di Tempat Kejadian Perkara

  1. Keadaan lokasi, perlu dilihat ada tidaknya benda benda penumpu, misalnya kursi atau meja sebagai pijakan.
  2. Posisi korban, perlu dipikirkan kemungkinan korban dapat melakukan gantung diri dengan posisi seperti yang ditemukan.
  3. Keadaan tali, perlu dipikirkan kemungkinannya yang bersangkutan dapat melakukan gantung diri dengan kondisi tali dan simpul seperti yang ditemukan, misal mungkinkah besarnya lingkar jerat tali dapat dilewati oleh kepala korban, perlu juga melihat kondisi simpulnya, jika simpul tali hidup kemungkinan bunuh diri dan jika simpul tali mati kemungkinan pembunuhan
  4. Distribusi lebam mayat, dapat dipakai sebagai petunjuk peristiwa pembunuhan atau bunuh diri sedangkan kondisi lidah terjulur atau tidak, perlu dikaitkan dengan posisi jeratan di leher.
  5. Keluarnya sperma, urine dan feses  tidak dapat dipakai sebagai petunjuk bahwa korban meninggal akibat bunuh diri. Kemudian posisi lidah menjulur atau tidak, tidak bisa dipastikan apakah korban bunuh diri atau dibunuh.

Itulah penjelasan mengenai topik “Tanda dan Sebab Kematian Akibat Asfiksia” untuk mendapatkan artikel yang lainnya, anda dapat mengakses melalui website https://medikolegal.id/.

Referensi:

Dahlan, Trisnadi, S, 2019, Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman bagi Dokter dan Penegak Hukum, Semarang, Fakultas Kedokteran Unissula.

Yudianto, A, 2020, Ilmu Kedokteran Forensik, Surabaya, Scopindo Media Pustaka.

Saukko, P, Knights, B, 2016, Fourth edition Knight’s Forensic Pathology, London, CRC Press.

Wyatt, J ,Et all, 2011, Oxford HandBook of forensic Medicine,United kingdom,Oxford university Press.

Budiyanto, A, Et all, 1997, Ilmu Kedokteran Forensik, Jakarta, Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Sumber Gambar:

https://www.pexels.com/id-id/

Medikolegal.id
Medikolegal.id
Articles: 102