Sejarah Penyakit Infeksi di Dunia: Terobosan, Tantangan, dan Peluang untuk Kesehatan Global

Oleh : Ronald Pratama A.,dr.,M.Ked.Trop

Hallo Sobat Medikolegal.id jumpa lagi. Kali ini kita bersama-sama memahami sejarah penyakit infeksi di dunia, diikuti dengan terobosan penanggulangan penyakit infeksi, tantangan dan peluang ke depannya dalam konteks kesehatan global.

Pandemi COVID-19 sering dipandang sebagai peristiwa yang seolah-olah belum pernah terjadi sebelumnya’, sehingga wabah sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (SARS-CoV-2) mengejutkan begitu banyak orang. Namun, dari sudut pandang ilmiah dan sejarah, pandemi virus corona baru ini dapat diprediksi sepenuhnya. Sejumlah ilmuwan dan pakar sebelumnya telah mengungkap kemungkinan pandemi, memperingatkan bahwa dunia belum siap. Sebuah artikel tahun 2017 yang diterbitkan di majalah Time oleh Bryan Walsh, berjudul “Dunia Belum Siap untuk Pandemi Berikutnya,” adalah contoh bagaimana data sudah memperingatkan tentang kerentanan dunia terhadap penyakit hiperinfeksi (Walsh, 2017).

Sejarah Penyakit Infeksi

Sepanjang sejarah, penyakit infeksi telah berdampak pada umat manusia; namun, penyakit ini menjadi lebih mengancam sejak orang beralih dari kehidupan nomaden ke kehidupan agraris sekitar 10.000 tahun yang lalu. Adanya komunitas yang terhubung lebih erat memberikan peluang bagi penyakit infeksi untuk berkembang menjadi epidemi. Penyakit seperti influenza, cacar, kusta, malaria, dan tuberkulosis berkembang pesat sejak pergeseran ini. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi tertua yang diketahui menyerang manusia. Bakteri Mycobacterium tuberculosis, penyebab tuberkulosis, diperkirakan telah ada dalam bentuk yang mirip dengan bentuk modernnya selama lebih dari 70.000 tahun. Bukti tertulis dari India yang menggambarkan tuberkulosis juga bertahan dari 3300 tahun yang lalu (Gagneux & Small, 2007; Das et al., 2016).

Gambar 1 Claudius Galen, Ahli pengobatan Yunani, ahli bedah dan filsuf dengan
kewarganegaraan Romawi.

Jaman Yunani kuno, TBC dikenal sebagai Phtisis dan dijelaskan oleh dokter Yunani Hippocrates sebagai hal yang sangat fatal bagi orang dewasa muda. Tabib Yunani, Claudius Galen, yang merawat Kaisar Romawi Marcus Aurelius pada tahun 174 M, menulis tentang TBC dan merekomendasikan perjalanan untuk mendapatkan udara segar, meminum susu, dan rekreasi ke laut sebagai pengobatan yang efektif.

Penyakit lain seperti cacar, campak, dan influenza juga menyebabkan epidemi yang signifikan sepanjang sejarah.

Cacar, yang disebabkan oleh virus variola, telah menjadi penyakit yang menghancurkan, membunuh sekitar 300-500 juta orang di abad ke-20 saja (WHO, 2022). Namun berkat pengembangan vaksin yang efektif, cacar dinyatakan diberantas pada tahun 1980 (CDC, 2022).

Gambar 2 Edward Jenner sedang memberikan vaksinasi smallpox pada seorang anak

Campak, penyakit lain yang sangat infeksi yang disebabkan oleh virus campak, pernah menjadi penyebab utama kematian anak-anak secara global. Namun, program vaksinasi telah berhasil mengurangi beban penyakit. Pada tahun 2000 campak dinyatakan dieliminasi dari kawasan Amerika (PAHO, 2022). Influenza, virus pernapasan yang menyebabkan epidemi musiman, juga bertanggung jawab atas beberapa pandemi sepanjang sejarah.

Gambar 3 Tentara sakit flu Spanyol di bangsal rumah sakit, Camp Funston, Fort Riley, Kansas.

Pandemi flu Spanyol tahun 1918-1919 merenggut sekitar 50 juta nyawa di seluruh dunia (CDC, 2022). Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa wabah yang terkenal di dunia telah terjadi, seperti sindrom pernafasan akut yang parah (SARS) pada tahun 2003 dan wabah virus Ebola di Afrika Barat pada tahun 2014. Indonesia juga telah mengalami beberapa wabah, termasuk flu burung pada tahun 2005 dan Virus nipah tahun 2018. Pandemi COVID-19 adalah yang terkini, namun belum tentu menjadi yang terakhir.

Prinsip Higiene, Penemuan Vaksin dan Antibiotik

Umat manusia telah mencapai kemajuan yang signifikan dalam pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi melalui berbagai upaya dan terobosan. Prinsip kebersihan, sterilitas, disinfeksi, penemuan vaksin yang efektif, dan antibiotik telah menjadi faktor kunci dalam memerangi penyakit infeksi (Barras, 2018).

Higienitas, atau praktik menjaga kebersihan, adalah salah satu prinsip pencegahan penyakit tertua dan paling mendasar. Di zaman modern, praktik kebersihan yang baik seperti mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, sanitasi yang baik, dan pengelolaan limbah sangat penting dalam mencegah penyebaran penyakit infeksi (Oberoi et al., 2017).

Sterilitas (ketiadaan mikroorganisme hidup) adalah prinsip penting lainnya dalam mencegah infeksi, terutama di lingkungan medis. Praktek sterilisasi telah diadopsi secara luas dalam pengaturan medis, sangat mengurangi kejadian infeksi (Ducel et al., 2002).  Disinfeksi, atau penggunaan agen untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme, juga merupakan prinsip penting dalam pengendalian infeksi. Saat ini, disinfektan banyak digunakan di rumah sakit, pabrik pengolahan makanan, dan tempat lain untuk mencegah penyebaran infeksi (Rutala et al., 2019).

Penemuan vaksin dan antibiotik merevolusi pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi. Vaksin sukses pertama dikembangkan pada tahun 1796 oleh Edward Jenner, yang menggunakan cacar sapi untuk melindungi dari cacar (CDC, 2022). Sejak saat itu, berbagai vaksin telah dikembangkan, memberikan perlindungan terhadap penyakit seperti polio, campak, dan tetanus. Antibiotik adalah obat yang membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Penemuan penisilin oleh Alexander Fleming pada tahun 1928 menandai titik balik dalam pengobatan infeksi bakteri. Selama bertahun-tahun begitu banyak antibiotik telah dikembangkan, termasuk tetrasiklin, eritromisin, dan streptomisin, yang telah menyelamatkan banyak nyawa (Rutala et al., 2019).

Meskipun terdapat kemajuan signifikan dalam pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi, masih ada tantangan yang perlu diatasi. Munculnya penyakit baru, seperti COVID-19, menyoroti pentingnya penelitian dan inovasi berkelanjutan untuk tetap berada di garis terdepan dalam penanggulangan penyakit infeksi. Penggunaan berlebihan dan penyalahgunaan antibiotik juga menyebabkan berkembangnya strain bakteri yang kebal antibiotik sehingga menyulitkan pengobatan infeksi, yang menimbulkan ancaman signifikan bagi kesehatan global. Pengembangan antibiotik baru dan program penggunaan antibiotik rasional sangat penting dalam memerangi resistensi antibiotik. Ini membutuhkan upaya terkoordinasi dari pemerintah, penyedia layanan kesehatan, dan industri farmasi (WHO, 2019).

Gambar 4 Prediksi angka kematian per 10000 penduduk terkait resistensi antibiotik pada tahun 2050.

Hoaks dan mitos seputar kesehatan dapat menyebabkan penyebaran informasi yang salah dan menghambat upaya pengendalian penyakit infeksi. Literasi dan pendidikan kesehatan sangat penting dalam mempromosikan informasi kesehatan yang akurat. Pemerintah, penyedia layanan kesehatan, dan media harus bekerja sama untuk memastikan penyebaran informasi kesehatan yang akurat dan andal. Penggunaan teknologi dapat memberikan peluang untuk pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi. Teknologi kesehatan digital seperti telemedicine, aplikasi kesehatan seluler, dan kecerdasan buatan (artificial intelligence) dapat meningkatkan akses ke layanan kesehatan dan menyediakan data real-time tentang wabah penyakit. Teknologi ini juga dapat membantu distribusi dan pelacakan vaksin, pelacakan kontak, dan pemantauan penggunaan antibiotik.

Kesimpulan

Melihat kembali sejarah pandemi dan penyakit infeksi, satu hal menjadi jelas: prinsip higiene, sterilitas, disinfeksi, serta penemuan vaksin dan antibiotik yang efektif, telah berperan penting dalam pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi. Namun, tantangan seperti munculnya penyakit infeksi baru, resistensi antibiotik dan penyebaran hoaks memerlukan penelitian dan inovasi berkelanjutan, serta upaya terkoordinasi dari pemerintah, penyedia layanan kesehatan, dan industri farmasi. Literasi dan pendidikan kesehatan, serta penggunaan teknologi secara tepat, juga penting dalam mempromosikan informasi kesehatan yang akurat, mencegah penyebaran misinformasi (hoaks) dan meningkatkan upaya pengendalian penyakit khususnya penyakit infeksi.

Seperti yang dikatakan oleh Sir William Osler, seorang dokter Kanada dan salah satu profesor dari “The Big 4” founding Professors Rumah Sakit Johns Hopkins,

“Dokter yang baik mengobati penyakit; dokter hebat merawat pasien yang mengidap penyakit.” Kutipan ini menyoroti pentingnya tidak hanya mengobati penyakit, tetapi juga menangani kebutuhan dan keadaan pasien. Dalam konteks kesehatan masyarakat, ditekankan pentingnya mengambil pendekatan holistik untuk pencegahan dan pengendalian penyakit yang tidak hanya mempertimbangkan penyakit itu sendiri, tetapi juga faktor sosial dan lingkungan yang berkontribusi terhadap penyebarannya. Salam sehat.

Referensi:

Barras, V. (2018). The discovery of antibiotics, vaccines, and hygiene. The Lancet Infectious Diseases, 18(7), 702. doi: 10.1016/S1473-3099(18)30166-5

Centers for Disease Control and Prevention. (2022). Epidemics of the 20th Century. Retrieved from https://www.cdc.gov/flu/pandemic-resources/1918-commemoration/pandemic-preparedness.htm

Centers for Disease Control and Prevention. (2022). History of Smallpox. https://www.cdc.gov/smallpox/history/history.html

Ducel, G., Fabry, J., & Nicolle, L. (2002). Prevention of hospital-acquired infections: A practical guide. World Health Organization. doi: 10.1007/978-3-642-63227-6

Das, S., Roychoudhury, T., & Bose, K. (2016). Human tuberculosis: a transmission bottleneck. Journal of biosciences, 41(1), 167-172. doi: 10.1007/s12038-016-9605-5

Gagneux, S., & Small, P. M. (2007). Global phylogeography of Mycobacterium tuberculosis and implications for tuberculosis product development. The Lancet infectious diseases, 7(5), 328-337. doi: 10.1016/S1473-3099(07)70108-1

Oberoi, A., Sardana, D., Patil, S., & Oberoi, S. (2017). Principles of sterilization and disinfection: The crux in infection control. Journal of family medicine and primary care, 6(2), 263. doi: 10.4103/jfmpc.jfmpc_404_16

PAHO (Pan American Health Organization). (2022). Measles. Retrieved from https://www.paho.org/en/topics/measles

Rutala, W. A., Weber, D. J., & Healthcare Infection Control Practices Advisory Committee. (2019). Guideline for disinfection and sterilization in healthcare facilities. doi: 10.1086/511159

Walsh, B. (2017). The world is not ready for the next pandemic. Time Magazine. Retrieved from https://time.com/4913682/the-world-is-not-ready-for-the-next-pandemic/

World Health Organization. (2019). Antibiotic Resistance. Retrieved from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/antibiotic-resistance

World Health Organization. (2020). WHO Director-General’s opening remarks at the media briefing on COVID-19 – 11 March 2020. Retrieved from https://www.who.int/director-general/speeches/detail/who-director-general-s-opening-remarks-at-the-media-briefing-on-covid-19—11-march-2020

World Health Organization. (2022). Smallpox. Retrieved from https://www.who.int/news-room/questions-and-answers/item/smallpox

Osler, W. (1903). Aequanimitas: With Other Addresses to Medical Students, Nurses and Practitioners of Medicine. P. Blakiston’s Son & Company.

Sumber Gambar: pexels.com

Medikolegal.id
Medikolegal.id
Articles: 98